Konsep
Makroekonomi Dasar
Makro-ekonomi meliputi berbagai konsep dan variabel, tetapi
selalu ada tiga topik utama untuk penelitian makro-ekonomi. Teori-teori makro-ekonomi biasanya terhubung dengan fenomena
keluaran, pengangguran dan inflasi. Diluar teori makro-ekonomi, topik-topik
tersebut juga sangatlah penting untuk semua agen ekonomi termasuk pekerja,
konsumen dan produsen.
Pengeluaran dan Pendapatan
Keluaran
nasional ialah total nilai seluruh produksi negara pada masa yang sudah
ditentukan. Semua yang diproduksi dan dijual menghasilkan pendapatan. Maka dari
itu, keluaran dan pendapatan biasanya dianggap setara dan dua istilah tersebut
sering digunakan berganti-gantian. Keluaran bisa diukur sebagai jumlah
pendapatan, atau, bisa dilihat dari sisi produksi dan diukur sebagai jumlah
nilai barang jadi dan jasa atau bisa juga
dari penjumlahan seluruh nilai tambah di dalam negeri.
Keluaran ekonomi makro biasanya diukur dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) atau salah satu akun nasional. Ekonom yang tertarik
dengan kenaikan keluaran jangka panjang akan mempelajari pertumbuhan ekonomi.
Kemajuan teknologi, akumulasi mesin dan modal lainnya, serta pendidikan yang
lebih baik dan modal manusia semuanya akan berujung
pada keluaran ekonomi lebih besar di selama berjalannya waktu. Tetapi, keluaran
tidak selalu naik secara konsisten. Siklus bisnis bisa menyebabkan
penurunan keluaran jangka pendek yang disebut resesi. Ekonom mencari kebijakan
ekonomi makro yang bisa mencegah ekonomi anjlok ke jurang resesi
dan akhirnya bisa memacu pertumbuhan jangka panjang dengan lebih cepat.
Pengangguran
Jumlah pengangguran di sebuah ekonomi diukur dengan angka
pengangguran, yaitu persentase pekerja-pekerja tanpa pekerjaan yang ada di
dalam angkatan kerja. Angkatan kerja hanya
memasukan pekerja yang aktif mencari kerja. Orang-orang pensiunan, mengejar
pendidikan atau yang tidak mendapat
dukungan mencari kerja karena ketiadaan prospek kerja, tidaklah
termasuk di dalam angkatan kerja.
Pengangguran sendiri bisa dibagi menjadi beberapa tipe yang
semuanya berkaitan dengan sebab-sebab yang berbeda pula. Pengangguran klasikal
terjadi ketika gaji karyawan terlalu tinggi sehingga pengusaha tidak berani
memperkerjakan karyawan lebih dari yang sudah ada. Gaji bisa menjadi terlalu
tinggi karena peraturan upah minimum atau adanya aktifitas serikat pekerja.
Sama halnya dengan pengangguran klasikal, pengangguran friksional terjadi
apabila ada lowongan pekerjaan untuk pekerja tetapi waktu untuk mencarinya
menyebabkan adanya periode dimana si pekerja tersebut menjadi pengangguran.
Pengangguran
struktural meliputi beberapa jenis penyebab
pengangguran termasuk ketidakcocokan antara kemampuan pekerja dan kemampuan yang
dicari oleh pekerjaan yang ada. Pengangguran besar-besaran bisa terjadi ketika
sebuah ekonomi mengalami masa transisi industri dan kemampuan para pekerja
menjadi tak terpakai. Pengangguran struktural itu juga cukup mirip dengan
pengangguran friksional karena dua-duanya berkutat pada permasalahan
ketidakcocokan kemampuan pekerja dengan lowongan pekerjaan, tetapi pengangguran
struktural berbeda karena meliputi juga kebutuhan untuk menambah kemampuan
diri, tidak hanya proses pencarian jangka pendek.
Walaupun ada beberapa jenis pengangguran yang selalu ada
saja mau bagaimanapun kedaaan ekonomi pada saat itu, pengangguran siklikan
terjadi ketika pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan. Hukum Okun menunjukan hubungan empiris
antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Versi asli dari Hukum Okun
menyatakan bahwa 3% kenaikan keluaran ekonomi akan mengakibatkan 1% penurunan
angka pengangguran.
Inflasi dan Deflasi
Kenaikan harga umum disebuah ekonomi disebut dengan inflasi. Ketika harga menurun, maka
terjadi deflasi. Ekonom mengukur perubahan
harga ini menggunakan indeks harga. Inflasi bisa terjadi
ketika suhu ekonomi menjadi terlalu panas dan tumbuh terlalu cepat. Mirip
dengan ini, ekonomi yang merosot bisa mengakibatkan deflasi.
Bank Sentral yang mengatur ketersediaan uang suatu negara, selalu
mencoba menghindari adanya perubahan tingkat harga menggunakan kebijakan moneter. Dengan menaikan
tingkat suku bunga atau menurunkan ketersediaan uang di dalam sebuah ekonomi
akan menurunkan inflasi. Inflasi bisa mengakibatkan bertambahnya ketidakpastian
dan konsekuensi negatif lainnya. Deflasi bisa menurunkan keluaran ekonomi. Bank
sentral akan mengusahakan stabilnya harga untuk melindungi ekonomi dari akibat
negatif atas fluktuasi harga.
Perubahan di tingkat harga bisa disebabkan oleh berbagai
macam faktor. Teori kuantitas
uang menyatakan bahwa pergerakan tingkat harga itu berhubungan
langsung dengan penawaran uang. Fluktuasi jangka pendek
bisa juga berhubungan dengan faktor moneter, tetapi perubahan pada permintaan
agregat dan penawaran agregat bisa juga mempengaruhi tingkat harga. Contohnya,
penurunan di permintaan karena adanya resesi bisa mengakibatkan indeks harga
yang rendah dan deflasi. Syok penawaran negatif, seperti krisis minyak, akan
menurunkan penawaran agregat dan menyebabkan inflasi.
0 komentar:
Posting Komentar