Biarpun Pencopet, Loe Tetep Cewe Gue



Biarpun Pencopet, Loe Tetep Cewe Gue.
================================
Shilla, seorang cewek brutal berpakaian ala cewek-cewek badung, celana jeans'nya sudah tampak tak karu-karuan alias sudah sobek-sobek, baju'nya berwarna hitam pekat bergambar tengkorak, dan rambut'nya pun juga awut-awut'an seperti tak pernah dirawat. Meskipun penampilan'nya jelek (atau bisa dibilang terlalu kasar sebagai seorang cewek), tetapi wajah'nya cantik. Apakah kalian tahu pekerjaan yang sudah dilakoni'nya selama 4 tahun ini? Yap! Seperti judul cerita ini, PENCOPET! Walaupun begitu, dia mempunyai alasan yang tepat dan jelas mengapa ia melakukan pekerjaan--ups--hina itu.
Hari ini, dia bersama kakak'nya--Cakka--berniat untuk mencopet di daerah dekat Mangga Dua Square, Jakarta. Menurut'nya, mencopet di dekat Mangga Dua Square sangatlah menguntungkan, karena--anggapannya--orang-orang yang ada di Mangga Dua Square agak-agak bego, alias kurang waspada dengan keadaan sekitar mereka.
"Cak," panggil Shilla.
"Apaan, Shill?," tanya Cakka.
"Tadi...., anak-anak udah berangkat sekolah semua kan? Ga ada yang ketinggalan di rumah kan?" tanya Shilla.
"Rebes. Udah berangkat semua'nya kok," jawab Cakka, "kita mulai darimana, nih? Belom begitu rame kaya biasanya deh." lanjut'nya.
"Liat jam dulu bisa kali ya," suruh Shilla, "inikan baru jam 9an. Jelas masih sepi lah. Biasanya nih ye, kalo Mangga Dua rame itu jam....." Shilla mengingat, "jam 12an!" lanjut'nya pasti.
"Oke! Gue ke sana bentaran ya! Lagi ada sasaran empuk tuh! Babay!" pamit Cakka, langsung ngibrit meninggalkan Shilla dalam keadaan cengo. Sial tuh cowok! Gue pake di tinggal-tinggal segala lagi!, rutuknya dalam hati.
"Ya udahlah.. gue cari sasaran lain aja!"
***
Shilla yang mata'nya jelalatan, tiba-tiba saja mendapatkan seorang cowok bertubuh atletis, tinggi, berkulit sawo matang sedang berdiri membelakangi'nya, menelpon seseorang mungkin. Hmm..., sasaran empuk nih, kaya'nya dia orang kaya!, batin'nya. Oke, beraksi.
Tangan'nya mencoba meraih dompet yang terselip di antara kantong celana jeans cowok itu. Pelan-pelan..... santai....... tenang....... jangan berisik....., batin'nya. Dan yap! Dapat!
Shilla langsung berbalik meninggalkan cowok itu. Namun, menghentikan langkahnya saat cowok itu memanggil'nya keras-keras, "WOY! Sini loe!! Balikin dompet gue!!!!!" Dan, teriakkan itu membuat orang-orang yang ada di sekitar situ menoleh ke arah'nya dan Shilla.
1...2...3... KABUR!!!!!!!, serunya dalam hati.
Shilla langsung lari, kabur dari tempat itu yang sudah mulai ramai. Kaki dan badan'nya yang agak kecil, sangat-sangat membantunya untuk berlari kencang menjauhi Mangga Dua Square. Hmm... ia lupa dengan keberadaan'nya Cakka yang masih ada di Mangga Dua. Bodo deh! Yang penting gue selamet duluan! pikirnya.
***
Dengan ngos-ngos'an, Shilla pun sampai di rumah kontrakannya yang.... ya... tak cukup besar, tapi sangat nyaman untuk di tinggali. Rumahnya rindang, banyak sekali pohon tumbuh di sana. Rumahnya bercat putih agak kusam, aslinya sih putih bersih, tetapi karena kelakuan'nya yang kadang-kadang iseng, membuat cak dinding rumah kontrakan itu menjadi kusam. Lalu, di sebelah rumahnya, ada satu rumah pohon, kecil, hanya cukup untuk 3 orang saja. Shilla ingat akan rumah pohon itu. Rumah pohon itu adalah buatan alm. ayahanda dan alm. ibunda'nya. Entah mengapa, saat Shilla menaiki ataupun hanya melihat'nya hatinya sangat sakit.
**
Tanpa sepengetahuan Shilla, cowok yang dicopet'nya tadi sudah tiba di depan rumah'nya sendiri. Dan cowok itu melihat Shilla sedang memandangi sebuah rumah pohon yang berdiri kokoh di samping rumah yang sederhana. Apa maksud'nya?, pikir cowok itu. Ngapain tu cewek mantengin rumah pohon yang tak ada bagus-bagus'nya? Cewek aneh! Hmm.. ngapain juga gue cuma berdiri ga jelas macem gini? Mending langsung nyamperin tu cewek aja sekalian!, pikirnya.
***
Seseorang menepuk pundaknya, sontak ia langung berbalik dan mendapati cowok itu sedang berdiri santai di depan wajahnya.
"Loe...Loee..... Ngapain loe ke sini?" tanya Shilla, tersendat-sendat. Terang saja, baru saja orang ini dia copet, eh.. tau-tau sudah ada di depan wajahnya gini!
Cowok itu tersenyum remeh, "Harusnya gue yang tanya! Ngapain loe mantengin rumah pohon jelek ini?," tanya'nya, "mendingan, loe balikin dompet gue deh!"
Shilla langsung menatap cowok itu geram. Lalu, ia berganti menatap dompet cowok itu yang sekarang ada di genggamannya, "Nih! Gue balikin dompet loe!" kata'nya ketus, lalu langsung memberikan dompet itu kepada si empunya, "dan.. sekali lagi loe bilang rumah pohon ini jelek, awas aja loe!!" ancam Shilla. Tapi, tampak'nya ancaman itu sama sekali tidak membuat cowok itu merasa takut, tertawa malah!
"Hahahahahah...!! Heh! Ni rumah pohon emang jelek kok! Kaga ada bagus-bagus'nya!" ledek cowok itu(lagi). Shilla tambah geram!
Tiba-tiba saja, Cakka yang baru datang, langsung menepuk pundak cowok itu. Otomatis, cowok itu langsung berbalik dan menghadap Cakka. Entah karena alasan apa, cowok itu langsung di anugerah'i bogem mentah dari Cakka. BUGH! Cowok itu meraba mulutnya, dan... melihat cairan-cairan merah kental berbau amis itu mengalir lancar di sudut bibirnya. Darah.
"Kalo loe.. ngomong rumah pohon ini jelek, loe bakalan dapet jackpot dari genk gue! Asal loe tau! Biarpun rumah pohon ini murahan, jelek, atau hina-hina'an lainnya, ini adalah satu-satunya peninggalan alm. orang tua gue! Inget itu!" terang Cakka, menatap cowok itu tajam. Cakka langsung membawa adik kesayangannya masuk ke dalam rumah kontrakan itu. Lalu, mengunci pintunya.
Di luar, cowok itu memandangi pintu rumah kontrakan yang sudah terkunci rapat-rapat itu. Lalu, merenungi kata demi kata yang di ucapak Cakka. Almarhum? Orang tua? Jadi.. maksudnya, orang tua mereka sudah meninggal? Benarkah? Ya.. sangat benar! Oohh... Tuhan.. hamba tak tahu!, serunya dalam hati.
***
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar